“kita kesini lagi kak?” kataku memastikan.
Ia hanya menganggukkan kepala saja tanpa ada satu kata pun yang ku dengar dari mulutnya. Sebuah mobil Honda jazz berwarna putih berhenti di sebuah taman yang bukan hanya sekali saja aku mengunjunginya bersama Kak Rizal. Sejenak aku memandang wajah tampan Kak Rizal, pujaan hatiku yang kini menempuh study S1 jurusan informatika di salah satu universitas di Bandung. Aku segera membuka pintu mobil dan beranjak dari kursi penumpang yang berada di sebelah Kak Rizal. Seperti yang ku katakan sebelumnya, ini bukan kali pertama aku ke tempat ini bahkan bisa dibilang sering semenjak aku dekat dengan Kak Rizal 4 bulan yang lalu.
Aku dan Kak Rizal berjalan beriringan menuju taman, tak ada pegangan tangan atau apapun itu layaknya seorang pasangan kekasih karena kita memang bukan sepasang kekasih walaupun sebenarnya sudah dari dulu aku menginginkan menyandang status itu. Ya, Kak Rizal memang orang yang begitu ku sayangi sejak 2 tahun yang lalu namun baru belakangan ini aku dekat dengannya. Jantungku berdegup kencang seolah mengiringi alunan langkah kaki bersama Kak Rizal kala itu. Oh my god, aku pengen terus kayak gini jalan bareng dengan dia aku menyayanginya Tuhan jadikan ia takdirku, pintaku dalam batin.
Sepertinya cuaca hari ini tak mendukung karena langit sudah mulai menampakkan gelapnya, sepertinya hujan akan turun, pikirku. Perasaanku tiba-tiba berubah, aku merasa was-was dan mulai khawatir. Aku tak tahu penyebab dari perasaanku itu, aku seperti akan mengalami sesuatu yang membuatku gundah atau apa aku tak mengerti, semoga tidak terjadi apa-apa, doaku dalam hati.
“kak kita balik aja yuk, sepertinya udah mau hujan nih” ucapku dengan cemas.
“kita kan baru nyampe, aku juga ada firasat kalau aku harus tetap di sini, kamu tenang aja ya” ucap Kak Rizal sembari melontarkan senyum manisnya padaku.
“udah yuk kita jalan lagi” sambungnya dengan membelai rambutku. Hati ini begitu berbunga-bunga saat ia membelai lembut rambut panjangku, hatiku sedikit tenang karenanya.
“Flora” ucap Kak Rizal yang nampaknya terkejut saat berpapasan dengan perempuan di depan kami.
Perempuan itu terlihat begitu bahagia saat bersama lelaki di sebelahnya yang sedari tadi memeluk pinggangnya, mereka sangat mesra.
“Rizal, kok bisa ada di sini ini pacar kamu ya, syukurlah kalau kamu bisa melupakan aku” jawab Flora dengan senyum manis dari bibirnya.
“bukan Flo, dia bukan pacar aku, perasaanku sama kamu gak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.” Jawabnya dengan cepat.
Hatiku hanya bisa menebak dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka sebelumnya. Akhirnya aku menyimpulkan mungkin memang mereka sebelumnya pernah berpacaran dan sampai sekarang Kak Rizal belum bisa melupakannya. Hatiku hancur saat aku menyadari itu semua, perasaan yang dari dulu juga tak pernah kuhilangkan dari hatiku. Bagaimanapun juga aku harus bisa menahan tangisku ini, batinku.
“aku mencintaimu Flo, dan kamu juga tahu itu kan lalu mengapa kamu jalan mesra dengan lelaki ini setelah apa yang kita lalui selama ini” sambung Kak Rizal.
Flora hanya terdiam membisu, lelaki yang berada di sebelahnya pun mengalah meninggalkan Flora namun aku masih tetap berada di sisi Kak Rizal. “kamu bilang kamu juga sayang sama aku, aku nembak kamu pun udah berulang kali Flora dan kamu terus saja menolaknya, apa yang sebenarnya ada di hatimu Flora apa? Hingga kamu tega menggantung cinta yang hanya untukmu ini selama 3 tahun lebih” suara Kak Rizal agak meninggi, mungkin emosinya kini tak tertahankan lagi. Sedikit demi sedikit terlihat air mata dari mereka. Namun sekuat tenaga aku menahan air mata ini agar tak jatuh meskipun aku begitu terpukul mendengar penjelasan Kak Rizal. Setelah beberapa saat Flora mulai angkat bicara.
“maafkan aku Zal, maafkan aku. Aku tak bermaksud menyakitimu, aku memang mencintaimu zal, tapi aku telah menemukan seseorang yang bisa membuatku lebih mencintai dibanding kamu. Aku menemukan sesuatu yang berbeda dalam dirinya yang tak kutemukan dalam dirimu, maafkan aku zal maafkan aku” tangis Flora mulai pecah.
“lalu apa gunanya dengan kesetiaanku selama ini Flo, bertahun-tahun aku menunggu kamu bahkan aku menutup pintu hatiku untuk perempuan lain, itu semua aku lakukan hanya untukmu Flora”
Kali ini kata-kata yang keluar dari mulut Kak Rizal membuatku benar-benar hancur. Aku tak kuasa menahan tangisku, cinta yang begitu rumit yang telah kupilih. Jadi selama ini apa maksud ia mendekatiku, lalu aku dianggapnya apa? Hatiku begitu sakit mendengar penjelasannya, bagaikan disambar petir.
“sekali lagi aku minta maaf Zal, aku telah memilihnya, lupakan aku Zal dan buka hatimu untuk perempuan lain. Maaf Zal, aku harus pergi.” Tangan Flora ditahan oleh Kak Rizal, seketika Kak Rizal langsung memeluknya.
“jangan pergi Flo, jangan tinggalin aku” ucap Kak Rizal yang masih memeluknya ia seperti tak ingin melepaskan dekapannya itu.
“aku harus pergi” jawab Flora dengan melepaskan dekapan Kak Rizal. Kedua tangan Kak Rizal mulai menggenggam tangan Flora, ia menekuk lutut di depan Flora.
“apa ini belum cukup untuk membuatmu tetap di sini?” Tanya Kak Rizal. Ia hanya menggeleng pelan dan dengan kasar ia melepaskan genggaman Kak Rizal. “Floraaaaa..” teriak Kak Rizal.
Ia mulai tak berdaya, tubuh Kak Rizal terlihat mulai lemas. Aku tahu persis bagaimana keadaannya saat ini. Hatinya pasti benar-benar hancur sama halnya sepertiku. Aku tak menyangka jika ini akan terjadi. Ini seperti mimpi buruk, buruk sekali. Aku tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Aku hanya membayangkan jika suatu saat aku bisa bersama dengan orang yang kusayangi. Semua ini begitu sulit ku mengerti.
“haaahh!!” teriak Kak Rizal dengan menendang batu kecil di dekatnya. Aku mengusap air mata yang tersisa di pipiku dan mulai mendekatinya.
“Kakak yang sabar ya, mungkin ini yang terbaik. Aku yakin semua itu bakal indah pada waktunya dan jika kalian memang ditakdirkan bersama kalian akan dipertemukan kembali” nasihatku padanya. Seharusnya kalimat itu yang kujadikan pedoman untukku. “kamu gak ngerti apa-apa Ra, kamu hanya anak SMA yang masih belum mengerti soal cinta. Ini lebih sulit ketimbang soal kimia” jelasnya.
Aku kaget mendengar kalimat itu darinya. aku seperti kembali disambar petir, padahal ia juga tak tahu kalau kini aku juga tengah mengalami hal yang serupa dengannya. “aku minta maaf kak, kalau aku sudah sok tahu” jawabku dengan menunduk.
Kini hujan sudah mulai menyerbu taman ini. Orang-orang berlarian meninggalkan tempat ini, tapi sepertinya Kak Rizal tak mempedulikannya. Ia masih terdiam membisu di tempat ini, entah apa yang membuatnya tak kunjung beranjak.
“ayo kak kita pulang” ajakku.
“aku masih mau di sini” jawabnya.
“mau sampai kapan kak? Ini tuh udah hujan.”
“sampai Flora kembali padaku, aku yakin Flora akan ke sini, kembali padaku.”
“Kak Rizal tuh harusnya sadar, kak Flora udah ngambil keputusan buat ninggalin Kakak, Kak Rizal harusnya bisa dong terima kenyataan, move on kak” aku mencoba menasihatinya namun sepertinya itu tak membuahkan hasil.
“aku hanya mencintainya, dan hanya dia yang mencintaiku dengan tulus karena cinta yang begitu besar untukku. Kamu tak akan mengerti itu, Rara” ucapnya begitu jelas dan membuatku lebih tersakiti lagi.
Aku terdiam sejenak, mencerna semua kalimat Kak Rizal, akupun kembali meneteskan air mata.
“bukan kak, bukan hanya dia yang mencintai Kakak. Sekarang lihat kak, lihat aku. Aku berdiri di sini untukmu kak, bahkan aku yakin cintaku lebih besar dari kak Flora. Aku mencintai Kakak dari dulu” ucapku dengan menumpahkan semua air mataku. Ia tak bergeming, tak ada sepatah kata pun dari mulutnya. Suara hujan kembali mengiringi sela-sela keheningan antara kami.
“kenapa Kak Rizal diam? Kak Rizal gak pernah sadar kan akan itu semua itu, itu semua karena Kakak udah dibutakan sama yang namanya Cinta, hiiks..” sambungku. Ia masih terdiam, namun aku menggunakan kesempatan itu untuk menungkapkan semua isi hatiku.
“aku tahu ini memang menyakitkan. Apa yang Kakak rasain, aku juga rasain karena ternyata cintaku yang lebih 2 tahun itu kujaga untuk Kakak akhirnya berakhir dengan seperti ini. Tapi aku gak mau seperti Kakak, aku mau bangkit kak mungkin memang belum saatnya cinta itu memihakku dan harusnya Kak Rizal juga melakukan hal yang sama.”
“diam kamu Ra, kamu itu gak tahu apa-apa. Dan satu lagi, aku aku gak pernah mencintaimu dan aku juga gak pernah minta kamu mencintaiku. Ingat itu” ucapnya dengan mengacungkan jari telunjuknya di depan mukaku.
“hiks iya kak, Kak Rizal memang gak pernah minta aku untuk mencintaimu tapi aku juga gak bisa mengatur kak dengan siapa aku jatuh cinta jika aku boleh memilih aku gak akan pernah mau jatuh cinta sama cowok egois seperti Kak Rizal” jelasku dengan emosi.
Alunan air hujan mengiri tangisku saat itu, cinta pertamaku yang kupikir akan berakhir indah ternyata sebaliknya. Hatiku benar-benar hancur mendengar semuanya, luka di hati ini begitu sakit ku rasakan. Aku mulai berjalan mundur perlahan menjauhi Kak Rizal yang masih diam membeku bersama kenangannya. Aku membalikkan badan dengan langkah gontai semakin menjauhinya. Rasanya ingin sekali aku melihat pujaan hatiku yang kini telah menghancurkan hatiku. Sejenak aku menoleh ke belakang.
“cinta memang tak bisa dipaksakan karena kita tak bisa mengaturnya. Maafkan aku yang mencintaimu kak, hati ini yang telah memilihmu, aku mencintaimu Kak Rizal meskipun harus berakhir seperti ini. Aku harap kau bisa bahagia dengan caramu sendiri meskipun bukan denganku” lirihku.
Aku melanjutkan langkah kakiku yang sempat terhenti. Kini tangisku telah menjadi air hujan yang tak kunjung reda. Tempat ini menjadi saksi air mataku bersama hujan.
Selesai.
Cerpen
_________
Ditulis oleh: Alfitra Rahmah
Facebook: Ve Ta
twitter: @alfitrahmah
0 Comments